Kisah Pengusaha Sukses
Pak Made merupakan lulusan STM bangunan. Dia lahir pada 12 April 1956. Dia mulay mengawali bisnisnya dengan dua gerobak. Kini, ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di Jakarta.
(Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botol-botol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadah-wadah plastik siap edar.
Begitulah, hidup dia bergulir hingga menamatkan STM bangunan tahun 1975. Bosan di Bali, dia pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan dan dia menumpang di kontrakan kakaknya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, dia sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD.
Tahun 1985, dia pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, dia menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta mereka bertaut di Jakarta, mereka memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu dia bisnis mobil omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, dia pun jatuh bangkrut.
Titik cerah muncul di tahun 1990. Dia pindah ke Perumnas Klender. Tanpa sengaja dia melihat orang berjualan burger. Dia pikir, tak ada salahnya mencoba. Dia nekad meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya dia kesal dan malah meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor.
Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayur, daging, saus, dan mentega, dia ecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman,dia menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak. Burger dagangannya dia labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah.
Banyak suka dan duka yang dia alami. Susahnya kalau hujan turun, dia tak bisa jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Di awal-awal dia jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri, padahal seharian dia mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Dia hanya mematok harga Rp 1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah.
Untuk mengembangkan usaha, dia mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah.. Sungguh luar biasa, upaya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger Pak Made beranak menjadi lebih dari 40 buah. Dia pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah
Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 Pak Made mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan Dia berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji
Sumber : http://cepiar.blogspot.com/2007/12/kisah-pengusaha-sukses.html