Rabu, 26 Mei 2010

JURAGAN BRA YANG TEROBSESI BONITA

JURAGAN BRA YANG TEROBSESI BONITA

Jefri Van Novis Bukittinggi, 16 November 1981,berasal dari Sumatera Barat. Ia merupakan pemilik PT. Bonita Anugerah Pratama Tour and Travel. Ia pun pernah meraih penghargaan pada tahun 2008 sebagai finalis Wirausaha Mandiri 2008, dan Top Ten Tor and Travel in West Sumatera dari Dinas Pendidikan Darah Perak Malaysia.
Berawal dari kegigihannya menjual pakaian wanita, bisnis Jefri terus berkembang. Setelah sukses mengembangkan usaha biro perjalanan di pasar grosir Aur Kuning di Bukittinggi, kini ia melejit ke pusat grosir dunia di Tanah Abang Blok A, Jakarta. ”Dia bermimpi sekali waktu memiliki maskapai penerbangan Bonita Air.
Bonita dalam bahasa Spanyol berarti wanita jelita. Nama inilah yang begitu melekat dan tak bias dipisahkan dari Jefri Van Novis. Kemana-mana ia selalu membawa pakaian dalam wanita sebagai bisnis jual belinya.
Setelash lulus SMUN 3 Bukittinggi pada tahun 2000, karena faktor biaya dia tidak yakin bisa melanjutkan ke Universitas terfavorit pilihannya di Sumatera Barat . Namun ia tetap mengikuti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) “Saat hasil SPMB itu di umumjkan, nama Jefri tercantum di daftar mereka yang diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang.
Meski senang dan bangga, namun ada juga rasa khawatir dengan pembayaran biaya kuliahnya yang terbilang tinggi, serta biaya hidup selam kuliah di Padang. Maka muncullah pemikiran untuk kuliah sambil berdagang.
Maka jadilah Jefri pedagang produk pakaian dalam wanita diantaranya bra, celana dalam, korset, dan sejenisnya yang bernerk Bonita, yang diproduk kakak sepupunya di Jakarta. Modalnya adalah tekad dan kepercayaan dari kakak sepupunya, karena Jefri tidak memiliki modal sedikitpun. Ia mendapat kredit selama satu minggu. Jadi produk yang diambilnya baru di bayar seminggu kemudian.
Untuk mencari uang kemudian Jefri langsung bergerak memasarkan produk dari pasar grosir berkalangan rendah sampai dengan pasar grosir terbesar di Sumatera Barat, serta ke lokasi-lokasi yang strategis dan banyak dikunjungi orang-orang.Semua took di Padang di tawarinya sehingga ia mendapatkan pesanan yang lebih besar lagi.
Tanggapan orang ad yang memuji dan ada juga yang meremehkannya. namun Jefri tetap semangat dan tetap percaya diri dengan bisnisnya. Ia menawarkan produknya ke ratusan took, mak jumlah took yang berkenan membeli produknyapun lumayn banyak.
Kekampusnya pun ia tak ragu membawa barang dagangannya dan menawarkan kepada rekan kuliahnya. Ada yang salut dan ada juga yang melecehkannya, berkat kegigihannya yang melecehkanya malah berbalik arah menjadi salut.
Meskipun sibuk berbisnis Jefri mampu menyelesaikan studinya hanya dalam tempo 3,5 tahun saja. Dan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif)-nya pun tinggi, 3,3 dari skala 4.
Usai berkuliah pada tahun 2004, Jefri masih tetap memasok barang dagangannya ke Padang. Sambil membantu kakaknya ini ia mempelajari seluk-beluk pasar grosir terbesar di Sumatera Barat ini dan mencoba mengenali potensi-potensi bisnis yang bisa digali dari jejaring yang dikembangkan disana.
Akhirnya pada tahun 2006 iapun merasa mantap untuk membangun bisnisnya sendiri yang terpisah dari sang kakak. bisnis pakaian dalam di tinggalkannya dan diserahkan kepada kakaknya. Perusahaan yang bergerak di Industri perjalanan dan wisata diberinya nama Bonita Tour and Travel. Perusahaan ini terutama melayani pemesanan tiket pesawat udarauntuk tujuan kedalam maupun ke luar negeri, Jefri juga merintis usaha barunya menjadi subagent penjualan tiket pesawat. Setelah setahun menjadi subagen, Jefri bisa mewujudkan keinginannya menjadi agen resmi.. “Sebagai agen resmi kita bisa menikmati komisi penuh “ katanya.
Pada April 2007 ia bersama kakaknya mendirikan perseroan terbatas sebagai syarat untuk bisa menjadi agen resmi. Karena modalnya terbatas, ia hanya bisa mengajukan agen satu demi satu maskapai. Berawal dari Mandala Airlines, lalu Batavia Air, berkat kegigihannya menjual tiket kemudian satu penerbangan lainnya termasuk maskapai besar seperti Garuda Indonesia mulai mempercayakan penjualan tiket kepada Bonita.
Jefri mengakui, ketatnya persaingan antar maskapai penerbangan dan banyaknya bis antar kota antar provinsi membuat margin dari penjualan tiket makin lama makin mengecil. “Tapi jika kita geluti secara serius , lama-lama pelanggan kita akan semakin banyak ,” ujarnya.
Kesungguhan Jefri membesarkan Bonita terlihat dari berbagai upaya promosi yang dilakukannya. Seluruh ilmu yang dipelajarinya di perguruan tinggi, dan yang dipetiknya dari pengalaman langsung berbisnis sejak semester pertama kuliah diterapkannya untuk memperkenalkan, menarik perhatian, membujuk, dan membangun loyalitas pelanggan.
Sukses membesarkan Bonita di di kota asalnya, Jefri bertekad mendirikan cabang di Jakarta, akhir Maretlalu ia berhasil membuka cabang di Pasar Blok A, Tanah Abang, Jakarta Pusat lokasi ini sangat strategis karena merupakan pusat bisnis grosir yang bukan saja melayani seluruh Indonesia bahkan Negara lainnya juga.
Namun berbeda dengan di Aur Kuning dan Bukittinggi umumnya yang pasarnya telah dikuasainya, Jefri harus lebih bekerja keras lagi karena sudah banyak biro perjalanan lain yang telah mendirikannya lebih awal darinya. Dari sekedar berjualan tiket , Jefri juga ingin membesarkan bisnisnya ke bidang terkait.. Untuk sasaran jangka pendek, ia berniat mengembangkan Layanan jasa pengiriman, seperti kargo dan titipan kilat, usaha penukaran uang (money changer).
Seiring dengan itu angannya pun melambung ia mempunyai impian besar yaitu membangun perusahaan penerbangan Bonita Air.


“Banyak pelajaran yang dapat kita ambil setelah mebaca cerita ini, diantaranya melihat dari segi perjuangannya, kerja keras dan terus berusaha tak kenal menyerah, kreatif, disiplin membagi waktu, berpikir positip dan maju, semangat, selalu disertai dengan doa, dan yakin bahwa kedepan kita bisa sukses”.

MERAUP DOLAR DARI HOBI GAMBAR

MERAUP DOLAR DARI HOBI GAMBAR

Wahyu Aditya lahir di kota Malang, 4 Maret, 1980. Ia merupakan orang yang sangat cerdas dan kreatif di bidang desain grafis. Berbekal dari kegemarannya menggambar dari buku sampai dinding. Ia kini memiliki sekolah desain dan animasi di Tanah Air dan berhasil meraup setumpuk dolar. Penghargaan bergengsi Internasional Young Screen Entrepreneur of the Year 2007 di Inggris pun berhasil di raihnya. Hobi yang dikemas dengan kreatifitas, ternyata menghasilkan laba yang luar biasa, sekalaigus idealisme dan memukau.

Muda, Pintar, Kreatif, memiliki bisnis sendiri dan banyak uang, tentu itu menjadi impian banyak orang. Di usinya yang cukup muda , Wahyu Aditya (29) dengan kemampuannya dan kreatifitasnya di bidang desain grafis dan animasi menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Suatu hal yang membuat Adit menggebrak dunia animasi Internasional adalah ketika dewan juri yang terdiri dari pakar film Inggris menobatkannya sebagai Internasional Young Screen Entrepreneur of the Year 2007. Diberbagai event ia berhasil dapat mengungguli Negara-negara saingannya. Dewan juri menilai Adit berhasil mengawinkan kreativitas, idealisme, dan bisnis di usia yang sangat muda. Pada saat usianya masih 27, ia berhasil mendirikan sekolah film HelloMotion dan memprakarsai festival film animasi HelloFest! yang setiap tahunnya meraup 10 ribuan penonton muda di seantero Indonesia.

Ditengah keterbatasan industri animasi kreatif di Indonesia, Adit dinilai mampu menciptakan peluang pasar sendiri. Banyak beberapa brand komersial ditanganinya., antara lain PLN, Busway, kampanye pemilu, Jakarta International Vestifal(JIFFEST), dan pertamina.

KISAH GAMBAR DINDING

Kegemaran menggambar Adit sudah terlihat sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Disekolahnya Adit pernah menjadi juara lomba menggambar. Masuk kelas 4 SD Ia rajin mengisi buku tulisannya dengan berbagai gambar dan cerita.

Hobi menggambar terus berlanjut sampai SMA. Bahkan, dinding sekolah pun ia gambari. Karirnya sebagai animator di awali dengan menjadi komikus amatir saat itu.

Setelah lulus dari SMA putra dari kedua pasangan Sanarto Santoso dan Tri Astuti ini memilih menuntut ilmu di Advanced Diploma of Interactive Multimedia-KvB Institute of Tech, Sydney, Australia, untuk mempelajari multimedia. Saat kuliah 3 kali dia pernah mengikuti lomba. Setiap liburan ia gunakan waktunya untuk berlibur ke Indonesia untuk magang, ia magang disebuah percetakan selama dua bulan. Pemilik percetakan yang melihat karyanya jauh di atas kelasnya, mengarahkan Adit untuk magang di Broadcast Desain Indonesia di kawasan Jakarta Selatan. Disana ia hanya mengamati pembuatan video dan teknik mengedit.

Karier Adit selepas kuliah dimulai sebagai creative designer dan animator di Trans TV pada tahun 2000-2002. Selepas dari Trans TV, Adit memilih bekerja freelance selama satu tahun. Karena keterampilan dan pengetahuannya solid, ia bias melakukan pekerjaan apapun. Dari animator, sutradara, ataupun produser. Dengan proyek yang ia tangani ia memenangkan penghargaan “ Best Video Clip of The Month” Video music Indonesia (2002) dan “ People Choice Award” Video Music Indonesia 2002. Sejak saat itu, tawaran demi tawaran mengalir padanya. Banyak penghargaan yang telah ia raih dari tahun 2004-2008.

MERINTIS JALAN SEPI

Tawaran bekerja di bawah perusahaan orang lain tak membuat Adit tertarik. Percaya diri dengan kemampuannya, bersama tujuh kawan ia membuat perusahaan yang bergerak di bidang jasa . Sayang , usaha ini gagal. “ Kumpulan orang pintar tapi tak ada naluri bisnis.” kata Adit menyimpulkan kegagalan saat itu.

Setelah dia tahu bahwa hanya pada dirinya sendiri ia dapat bersandar, ia mencoba pinjam ke Bank 400 juta untuk membangun lembaga kursus animasi. Disebuah pameran pendidikan di Semanggi Expo, Jakarta Selatan. Disana ia menemukan 41 orang yang berminat menjadi murid, ini menjadi langkah awal bagi Adit untuk mendirikan HelloMotion Inc, School of Animation and Cinema.

Berdiri sejak lima tahun lalu, jalan yang dirintis lembaga pendidikan ini masih sepi. Dari modal 400 juta , kini Adit telah mampu meraup keuntungan 18% per tahun.meskipun pada awal berdiri Adit tidak mendapatkan keuntungan, malah minus 6%.

HELLOMOTION

Pada tahun 2004 di Indonesia memang belum ada sekolah animasi. Industri inilah yang kemudian di garapnya. Ia yakin dengan mendirikan sekolah animasi, konten animasi lokal di televisi dalam negeri bisa bertambah dan industri animasi dapat lebih maju.

Kini, HelloMotion yang memiliki misi menggalakan budaya motion picture art mulai diperhitungkan di industri animasi Tanah Air. Untuk terus mengembangkan bisnisnya, Adit lebih banyak menggunakan pola Buzz Marketing alias getok luar. Dia sudah merasa cukup bagus dengan citranya , maka belakangan lebih menggunakan pola tersebut . Sekarang Adit sedang mengembangkan tim promosi dan pemasaran. Salah satunya dengan membuat situs www.menteridesainindonesia.blogspot.com yang ternyata cukup relative untuk promosi.

“Setelah membaca cerita ini pembaca akan bisa mendapatkan wawasan dan pengetahuan, serta termotifasi untuk hidup cerdas, berkreatifitas, dan sukses. Siap untuk menjalani dan menghadapi kehidupan yang lebih maju dan berkembang”.

Selasa, 25 Mei 2010

Mewujukan Mimpi-Mimpi Dari Keripik Pisang

Mewujukan Mimpi-Mimpi Dari Keripik Pisang


Sinta yang masih berstatus mahaiswi ini – tidak mempunyai modal besar untu menjadi pengusaha. Jangankan bermobil, ssejak kecil ia berpindah rumah kontrakan karena o rang tuanya tak mampu membel i rumah. Banyak harapan dan keinginan yang belum terlaksana. Dengan memanfaatkan bekal ilmunya yang diperoleh saat bekerja dipabrik keripik pisang. Harapan dan keiniginan Sinta menjadi kenyatan setelah bergabung dengan istana keripik Ibu Mery.

Tidak sedikit anak Indonesia yang memprihatinkan. Mereka harus membantu orang tuanya mencari nafkah,dari hasil kerja mereka yaitu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolahnya. Meskipun begitu mereka tetap harus mebagi waktu anatara bekerja dan sekolah. Mereka tetap bisa maju, ada kemauan pasti ada jalan. Itu terjadi pada Sinta. Perempuan berusia 22 tahun ini berhasil mengangkat keluarganya dari kemiskinan selama bertahun-tahun, dan juga berhasi menjadi pengusaha yang sukses.


Manfaatkan Produk Lokal

Memahami bahwa ia berasal dari keluarga yang berkecukupan materi semenjak kelas 2 SMA, Sinta mulai berpikir bahwa ia harus bekerja . Dengan kemahirannya iapun kerja di pabrik pisang, ia mendapatakan upah yangf cukup lumayan untuk membanntu keluarganya.

Selama bekerja disana , ia banyak mendapatkan ilmu. Dari memilih pisang yang berkualitas baik, memotong menjadi irisan tipis, menggoreng hingga renyah, sampai meberian variasi rasa. Selain itu diapun dapat menghitung secara sederhana tentang omzet yang mungkin ia hasilkan jika ia memiliki usaha dibidang itu.

Lampung merupakan Kota yang sangat terekenal dengan olahan pisangnya . Dulu cita rasanya hanya gurih dan asin, kemudian rasa keripik itu berkembang. Awalnya pisang hanya mnjadi hidangan penutup saat makan siang berubah menjadi camilan saat nonton televisi. Dia mulai mengumpulkan uang 3 juta untuk memulai usahanya.

Membuat keripik tidak mudah. Ada standar keripik yang ditetapkan bagi para pengusaha keripik pisang. Akhirnya standar keripikyang ditetapkan tersebut tercapai.

Perjalanan Sinta meraih suses tidak mulus. Salah satu kendalanya adalah pemasaran. Awalnya ia tidak tahu bagaimana memasarkan produknya,karena sudah banyak penjual keripik pisang dimana-mana. Ia juga tak bisa menggaji pegawainya. Pada akhinya ia mengandalkan bantuan dari saudara dan kedua temannya yang sudah berpengalaman mengemas produk dan memasarkan produk ke sekolah-sekolah, toko camilan, dan toko cendera mata yang biasa dikunjungi oleh wiasatawan.

Karena usaha utamanya membuat keripik, maka Sinta memberi merek istana Keripik untuk produknya. Ia yakin dengan bisnisnya ia dapat mensejahterakan keluarganya. Waktu kecil ia ia bermimpi ingin mempunyai rumah sederhana, dan sekarang keinginanyapun tercapai.


ULET DAN TANGGUH

Rupanya, jiwa bisnis sudah terbentuk dalam diri Sinta sejak ia kecil. Karena tak ingin putus sekolah seperti kakaknya, Sinta kecil yang waku itu duduk di kela 6 SD, Diam-diam bekerja. Pekerjaannya sama seperti sekarang yaitu penjual keripik singkong. Otaknya terus berputar untuk bisa membantu keluarganya. Saat SMA ia sempat membantu ayahnya kerja di bengkel tralis besi.

Keuletan dan ketangguahannya juga terlihat ketika ia berusaha mengembangkan keripik pisangnya. Salah satu caranya yaitu memberikan pelayanan terbaik denga membiarkan calon pembeli mencicipi keripik pisang buatannya sebelum membeli. Ia juga berkreasi dengan menghasilkan 9 rasa keripik di luar rasa yang standar. Dengan itu pembeli dapat memilih rasa yang cocok dengan seleranya, untuk menarik pembeli yang mungkin bosan dengan keripik pisangnya ia juga mempetahankan keripik dari umbi-umbian lain.

Kerja keras memang modal utama Sinta. Tapi ia tak pernah lupa berdoa agar usahanya bisa berjalan dengan lancar. Ia sadar bahwa sebagian kekayaan bukan miliknya seutuhnya. Ia harus berbagi kepada sesama.

Baru 3 tahun usahanya berjalan, ia sudah bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 13 karyawan. Meski sudah menjadi jutawan muda Sinta tak berubah menjadi manusia yang sombong. Ia tetap tampil sebagai wanita rendah hati yang punya banyak mimpi untuk eluarganya tercinta.